Penyamaan Persepsi Untuk Pengembangan dan Pemekaran KBK-
Bagian II
Oleh Sudjarwo H. Mintorogo.
Meruya, 7 September 2015
Ini sebagian dari bahan yang mesti saya sampaikan untuk pembekalan perjuangan kita, Kridha Bahtera Kasih yang berkarya nyata.
Kucari sesuatu yang indah yang ada dalam dirimu. Jangan takut berbuat baik. Sebetulnya ada yang lebih penting, yaitu kesiapanmu jadi kepanjangan tangan Tuhan untuk berbuat baik ke sesama dengan kontinyu dan berkesinambungan.
Sahabat, setiap individu dari kita memiliki sumber mata air kehidupan. Yang murni yang kita ambil untuk didistribusikan kepada sesama. Air yang dari sumber mata air kehidupan bisa mengantarkan sesama untuk berjalan di jalan kehidupan yang dibenarkan oleh Tuhan.
Bagaimana proses Kesan itu tertoreh di Singgasana Kerajaan Hati kita?
Bagi manusia kemurniannya dihasilkan dari kekompakan keseluruhan daya upaya yang ada padanya. Baru setelah itu bisa berjalan di jalan Allah menggapai kebahagiaan dan kesejahteraan yang kekal dan abadi. Dalam hal ini penyampai pesan dan penerima pesan sama-sama mendapatkan hidayah dari Tuhan yang berupa kesan yang sangat mendalam dan abadi oleh sebab kita dipenuhi kesadaran yang maksimal tentang kehidupan.
Sesungguhnya penyampai pesan, penerima pesan temasuk media serta prosesnya adalah dari Dia, Dia, Dia juga yang mendapatkan response yang baik dari kita. Disinilah letak kebebasan kita. Suatu kebebasan mutlak yang terbelenggu dihadapan-Nya.
Kebebasan Mutlak Yang Terbelenggu.
Ada lagi soal keberuntungan, kemalangan dan sebagainya. Orang Awam semakin tidak mengerti. Teman-teman kebebasan yang terbelenggu sebenarnya adalah modal kita untuk menyampaikan pesan yang mengesankan, menorehkan kesan untuk penggalian hakekat kehidupan manusia.
Masih adakah dusta diantara kita? Siapakah diantara kita yang mau mencapai bahagia dan sejahtera sendirian? Saudaraku mari kita bersama-sama memasuki pintu gerbang bahagia dan sejahtera. Manajemen langit kita turunkan ke bumi.
Manajemen langit yang turun ke bumi ditengarai oleh komitmen antara kita dengan Allah Tuhan kita. Komitmen antara ciptaan dengan Sang Pencipta. Perjanjian antara makhluk dengan Sang Khalik. Tanda kehidupan contohnya, pada manusia sudah ada sejak pembuahan benih dalam rahim sang ibu. Makin nampak jelas sesuai dan seiring dengan perjalanan waktu. Setelah memasuki bulan ke-4 dipastikan pada hari ke-100 maka Allah Tuhan kita menyatukan hidup-Nya pada calon jabang bayi ini. Maka Sang Hidup mulai berkarya.
Aku berseru pada diriku dan mewartakan pada sesama:
Berita tentang suka cita telah datang. Kerajaan Allah yang damai dan indah telah semakin mendekat. Berbahagialah orang yang menyiapkan diri menyambutnya dan dengan itu kesejahteraan dianugerahkan kepada kita. Kesanggupan kita mengemban misi ke-illah-ian itu yang menjadi tugas pokok kita. Tugas itu bagi setiap orang ada yang sama dengan sesamanya ada yang berbeda. Yang sama itu sudah jelas yaitu mejalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.
Aku buka pintu yang tampak Dia, ada dibalik daun pintu.
Teman-teman, materi untuk dibahas pada pertemuan kedua tentang meninggalkan kesan sudah disampaikan. Secara prinsip sudah cukup. Kalau itu sudah dicermati dengan baik dihayati dengan seksama, konsep baku modal standar pelayanan menyampaikan pesan dan meninggalkan kesan sudah memadai.
Bagian II
Oleh Sudjarwo H. Mintorogo.
Meruya, 7 September 2015
Karena kerinduan akan kebahagiaan yang
kekal, maka kucari sesuatu yang indah yang ada dalam dirimu. Keindahan yang azali
abadi, dari situ aku dapatkan segalanya.
Dari situ aku jumpai Dia yang mengukir jiwa raga kita yang memberikan roh-Nya pada kita. Kita bisa memasuki
kebahagiaan yang abadi walau masih di bumi.
Untuk itu semua ketentuan akhir dari
kehidupan kita ada pada-Nya
Sang Guru Sejati sumber kebahagiaan kita yang azali abadi.
Ini sebagian dari bahan yang mesti saya sampaikan untuk pembekalan perjuangan kita, Kridha Bahtera Kasih yang berkarya nyata.
Catatan: Ungkapan rasa syukur dalam
kehidupan ini tak bisa dibuat-buat. Tak bisa palsu, tak mungkin munafik. Kalau sekedar dilatih mungkin bisa. Kita serahkan
semua dalam perkenan Tuhan. Tuhanlah yang punya hak mutlak.
Pokok bahasan menyajikan tentang "Kepekaan/kepedulian terhadap diri dan sesama. Semua
berorientasi pada pengertian tentang pentingnya "titen/mencermati." Wahana
kita adalah rasa.
Kadang kita tidak mendengar/melihat
langsung tapi bisa langsung merasakan. Baru setelah itu kita mulai karena kita
telah tanggap diri tentang pengkajian obyek yang kita tuju.
Pesan baru disampaikan setelah kita
tanggap situasi yang aktual sehingga akurat. Untuk bisa menyampaikan pesan yang
akurat dan tidak menimbulkan gesekan masalah, pengetahuan kita mesti memadai.
Teman-temanku apa yang pantas untuk
dijadikan pesan?
Oleh sebab itu diperlukan
kepekaan/tanggap diri. Orang sering istilahkan dengan feeling. Dan feeling itu
dilatih supaya akurat. Syukur kalau sudah bisa mendengarkan suara hati
sesama. Bukan sekedar mereka-reka.
Jadi KBK saat ini sudah memiliki standar operasional tentang penyampaian pesan. Kiprah
kita/kridha kita mari kita optimalkan.
Kalau pada bagian pertama kita membahas tentang feeling
(kepekaan/tanggap dan seantero itu) dan penyampaian pesan di bagian kedua
pokok bahasannya adalah meninggalkan kesan. Pada bagian selanjutnya yaitu bagian ketiga kita membahas tentang potensi supra natural. Bagian keempat
pokok bahasannya adalah Strategi Perjuangan Kridha Bahtera Kasih.
Disini setiap bagian dari
kesebelasan kita dibekali potensi Supra Natural mungkin tidak sama. Demikian teman-teman, semoga Allah
ridhlo atas kita dan kita menyempurnakan bakti kita dengan tulus. Bahagia dan Sejahtera. Amin.
Yang perlu
diperhatikan, untuk
pengisian "Potensi Supra Natural", teman-teman diharap mempersiapkan
diri dengan baik. Maklum adanya. Semoga bermanfaat. Amin.
Kucari sesuatu yang indah yang ada dalam dirimu. Jangan takut berbuat baik. Sebetulnya ada yang lebih penting, yaitu kesiapanmu jadi kepanjangan tangan Tuhan untuk berbuat baik ke sesama dengan kontinyu dan berkesinambungan.
Kita sudah mempunyai bekal tentang konsep berbuat baik. Tetapi
bagi kita tidak hanya terhenti sampai konsep. Untuk meratakan gunung-gunung, mengurug lembah dan jurang, mengeringkan samudra, babat alas gung liwang liwung
diperlukan energi. 11
pemuda yang memiliki spiritualitas KBK mampu untuk melakukan itu. Problem kita adalah masalah
spiritual.
Sumber mata air kasih yang ada pada
diri kita sudah ditemukan.
Dari situ kita tahu bahwa selama ini banyak hal yang kita miliki belum kita
maksimalkan pendayagunaannya. Pandangan
kita terlalu sempit, hanya diri kita yang jadi perhatian kita. Padahal diluar sudah maju dengan pesat perkembangannya.
Tinggalkan sikap hidup yang
berorientasi pada
diri sendiri, yang
beranggapan usaha ini adalah sesuatu yang sia-sia, mulailah dengan kebersamaan. Kucari
sesuatu yang indah yang ada dalam dirimu. Dari situ aku mulai karena sumber
mata air kasih telah aku dapatkan dari
sumber mata air kasih yang melimpah/anugerah Tuhan. Kita mempunyai banyak kesempatan untuk
menyampaikan pesan kepada sesama.
Pesan yang mana yang kita sampaikan?
Pesan
yang kita sampaikan itu dari sumber mata air kasih yang ada pada masing2 dari
kita.
Teman-teman apa yang telah
disampaikan tentang feeling dan penyampaian pesan, itu disertai usaha kita
menemukan sumber mata air bagi setiap insan dari kita. Kita merupakan talang hidup.
Apabila yang kita sampaikan itu
rancangan manusia dalam rangka memasukkan kepentingan-Nya sehubungan dengan pesan yang
disampaikan,
kalau itu menimbulkan/mendatangkan kesan itu hanya sementara. Namun kalau ada campur tangan Tuhan
melalui Sumber Mata Air Kehidupan dari Sang Guru Sejati kesan yang ditimbulkan
sangat kental lagi pula terasa
sepanjang perjalanan waktu.
Rupanya memang sulit untuk
mendeteksi tentang pesan itu. Disampaikannya dalam campur tangan Tuhan atau
tidak. Teman-teman, itu mudah saja cara mendeteksinya. Asalkan bukan
kepentingan kita yang disampaikan melainkan hanya kepentingan Tuhan dalam karya-Nya maka dapat dipastikan sarat
dengan kesan yang ditorehkan.
Beberapa kesempatan yang dihadirkan
Tuhan bagi kita, kita sambut dengan membuka pintu hati kita. Itu rahmat
Tuhan. Anasir Ketuhanan yang ada di kita tahu benar mana yang datang dari Roh
Tuhan mana yang bukan. Teman-teman pakailah saringan kita yang sudah ditulis pada
Kitab-Kitab Suci, agama
kita masing-masing.
Lanjut...
Kalaupun kadang ada yang belum
tertulis didalam Kitab Suci, Sang Guru Sejati sungguh bijaksana. Semua bisa
terjawab dan jawaban itu benar-benar
akurat lagi pula situasional. Berbarengan
dengan kesan yang melekat di hati akal budi jiwa dan raga secara mendalam dan
sangat mendasar diprediksi sebagai indikator sampailah saatnya Kunci Pintu
Kerajaan hati dianugerahkan.
Kunci Kerajaan hati yang diterimakan
bisa membuka pintu-pintu
Kerajaan Hati sampai yang paling dalam dimana Singgasana Kerajaan Hati bisa
kita duduki bersama Sang Guru Sejati. Dalam
posisi ini kita menjadi sahabat Sang Guru Sejati, Sahabat Sang Pewarta, juru
selamat kita bersama.
Siapa Sahabat Sang Guru Sejati?
Kita semua yang mengaktifkan Sumber
Mata Air Kasih dan mendistribudikan pada sesama serta berkenan duduk di Singgasana Kerajaan Hati
itulah sahabat-Nya.
Sahabat, setiap individu dari kita memiliki sumber mata air kehidupan. Yang murni yang kita ambil untuk didistribusikan kepada sesama. Air yang dari sumber mata air kehidupan bisa mengantarkan sesama untuk berjalan di jalan kehidupan yang dibenarkan oleh Tuhan.
Air murni dari sumber kehidupan
berproses dalam diri setiap orang sehingga orang tersebut mampu secara langsung atau tidak, berinteraksi dengan yang
bertahta di singgasana kerajaan hati kita.
Sahabatku semua yang bertahta di
kerajaan hati kita itu tidak beda, dengan kata lain sama. Yang bertahta di kerajaan hati kita
itu sama. Dia,
Dia, dan Dia juga. Dia benih dari Tuhan Yang
Maha Suci. Dia ketempatan suci dan kuasa. Kalau kesan tentang karya ke-illah-an
kita melalui air kehidupan kita,
sudah mulai tampak bisa disaksikan dan dirasakan oleh siapapun juga diantara kita yang
berpredikat manusia,
baru inilah yang dikenal dengan "kesan abadi."
Jadi kesan itu tidak lagi manusiawi
melainkan surgawi. Penyampaian
pesan yang mampu menimbulkan kesan kita setiap saat selalu melaju ke depan.
Dari waktu ke waktu saat ini dan kedepannya kesan yang ditimbulkan selalu
diperbaharui. Bukan kita yang
menghendaki pembaharuan melainkan air dari sumber kehidupan yang berkarya
selanjutnya atas perkenan Tuhan.
Bagaimana proses Kesan itu tertoreh di Singgasana Kerajaan Hati kita?
Jalan itu didapatkan dari terang
Illahi yang terpancar dari Roh Allah yang berdomisili di lubuk
hati sanubari yang paling dalam.
Teman-teman mari kita ratakan gunung-gunung, kita urug jurang-jurang dan lembah, kita keringkan samudra kita babat alas gung liwang
liwung. Lanjut....
Bagi manusia kemurniannya dihasilkan dari kekompakan keseluruhan daya upaya yang ada padanya. Baru setelah itu bisa berjalan di jalan Allah menggapai kebahagiaan dan kesejahteraan yang kekal dan abadi. Dalam hal ini penyampai pesan dan penerima pesan sama-sama mendapatkan hidayah dari Tuhan yang berupa kesan yang sangat mendalam dan abadi oleh sebab kita dipenuhi kesadaran yang maksimal tentang kehidupan.
Meninggalkan
Kesan.
Pesan apapun yang kita sampaikan
tertoreh dengan baik kalau tulus penyampaiannya. Ketulusan yang terbentuk dalam
diri kita adalah buah dari kesadaran. Kesadaran tercipta oleh sebab kemurnian
dari penyatuan seluruh daya upaya kita. Itu baru murni yang sebenarnya. Murni
dengan kesadaran hati,
akal, budi, jiwa dan raga. Murni dari bahan
yang sama sudah dapat dipastikan sama pula dalam
segala macam bentuk manifestasinya.
Sesungguhnya penyampai pesan, penerima pesan temasuk media serta prosesnya adalah dari Dia, Dia, Dia juga yang mendapatkan response yang baik dari kita. Disinilah letak kebebasan kita. Suatu kebebasan mutlak yang terbelenggu dihadapan-Nya.
Kebebasan Mutlak Yang Terbelenggu.
Dzikir/rosario/liam keng yang saya sampaikan pada keluarga besar KBK sudah melalui uji kelayakan
berpuluh-puluh tahun. Kalau itu ditekuni buahnya bisa
dirasakan. Waktunya tepat jumlahnya tepat harinya
tepat. Mengantarkan kita
semakin meneladani para Nabi dan Rasul. Kita jadi sumber mata air kehidupan bagi sesama.
Setiap orang bisa beda waktu tentang hari dan jam. Kalau jumlah sama juga dzikir/rosario/liam keng nya asal beragama
sama. Kita tidak menciptakan agama baru.
Digdaya
tanpa aji.
Nglurug
tanpa bala.
Menang
datan hangasorake.
Tan
ginebag ing prang bandayuda.
Amung
kayungyun pepoyaning kautaman.
Hayu
mangayu hayuning bawana.
Hayu
mangesti tunggal.
Rahayu
sagung dumadi.
Siapapun orangnya, diantara kita itu mempunyai
kebebasan yang mutlak sebebas-bebasnya. Mau apa saja boleh dan leluasa.
Jangankan itu manusia, makhluk Tuhan yang lain. Seperti halnya burung sekalipun
mau terbang kemana saja seperti yang dimauinya boleh-boleh saja. Semua
mempunyai kebebasan, kebebasan yang kodrati. Suatu kebebasan yang benar-benar bebas dan tak mengikat.
Teman-teman semua jangan kita
terhenti sampai disitu makna tentang kebebasan oleh sebab ujung dari kebebasan
itu ada. Apa itu?
Keterbatasan.
Manusia yang berpredikat sebagai kalifah di muka bumi mempunyai sangat banyak keterbatasan. Oleh sebab itu predikat kalifah sangat cocok untuk kita. Kemampuan manusia bisa berkembang. Tetap saja keterbatasan mewarnai perkembangannya itu. Betul...
Manusia yang berpredikat sebagai kalifah di muka bumi mempunyai sangat banyak keterbatasan. Oleh sebab itu predikat kalifah sangat cocok untuk kita. Kemampuan manusia bisa berkembang. Tetap saja keterbatasan mewarnai perkembangannya itu. Betul...
Keterbatasan yang membatasi
kebebasan manusia kita namakan kebebasan yang terbelenggu.
Tiada daya dan upaya kecuali dengan
pertolongan Allah, Barangkali demikian kodrat manusia.
Kebebasan manusia dalam segalanya
yang kita namakan kebebasan kodrati itu merupakan hukum sebab-akibat secara wajar dan manusiawi. Memang begitulah
makhluk Tuhan yang kita kenal dengan sebutan manusia. Belenggu Tuhan bukanlah suatu hal yang mengundang kontroversi dari
kebebasan hukum sebab-akibat, belenggu Tuhan adalah belenggu kasih yang diwujudkan
secara nyata kepada dunia.
Contoh sederhana:
Kita makan. Bebas, kita makan apa saja dan seberapapun. Tapi kita dibelenggu
dengan pencecap rasa dan perasaan kenyang yang membatasi. Juga selera?
Bayangkan kalau kita tidak punya
kenyang, kepedasan, keasinan, kemasaman, kepahitan dan sebagainya, bisa bahaya.
Teman-teman itu contoh yang
kongkrit. Belum lagi kalau
berbicara tentang dosa dan salah, karunia dan anugerah, kehidupan dan kematian
dan sebagainya.
Ada lagi soal keberuntungan, kemalangan dan sebagainya. Orang Awam semakin tidak mengerti. Teman-teman kebebasan yang terbelenggu sebenarnya adalah modal kita untuk menyampaikan pesan yang mengesankan, menorehkan kesan untuk penggalian hakekat kehidupan manusia.
Untuk apa aku dilahirkan di dunia.
Pasti mengemban misi ke-illah-ian yang mesti dikongkritkan. Kesan
yang dibangkitkan adalah berorientasi pada akhlak mulia dan berbudi luhur.
Suatu cita-cita
yang mesti dicapai oleh semua manusia untuk kebahagiaan dan kesejahteraan yang
azali abadi kalau mungkin dari sekarang juga.
Masih adakah dusta diantara kita? Siapakah diantara kita yang mau mencapai bahagia dan sejahtera sendirian? Saudaraku mari kita bersama-sama memasuki pintu gerbang bahagia dan sejahtera. Manajemen langit kita turunkan ke bumi.
Manajemen langit yang turun ke bumi ditengarai oleh komitmen antara kita dengan Allah Tuhan kita. Komitmen antara ciptaan dengan Sang Pencipta. Perjanjian antara makhluk dengan Sang Khalik. Tanda kehidupan contohnya, pada manusia sudah ada sejak pembuahan benih dalam rahim sang ibu. Makin nampak jelas sesuai dan seiring dengan perjalanan waktu. Setelah memasuki bulan ke-4 dipastikan pada hari ke-100 maka Allah Tuhan kita menyatukan hidup-Nya pada calon jabang bayi ini. Maka Sang Hidup mulai berkarya.
Sampai proses menyatu-Nya itu diawali dengan perjanjian
yang diikat dalam sumpah antara calon umat manusia dengan Tuhannya. Disitu awal dari kebebasan yang
terbelenggu.
Aku berseru pada diriku dan mewartakan pada sesama:
"Ingat akan
janji yang mengawali kehidupan ini dan akhir perjalanan kehidupan di dunia ini"
Belajar dari situ kesan kita
tanamkan pada diri kita dan sesama. Kucari sesuatu yang paling indah yang ada
pada dirimu. Dari situ aku mulai menjampaikan pesan yang sudah dipastikan
meninggalkan kesan yang sangat mendalam dari sekarang sampai sepanjang segala
masa. Kepadamu teman-temanku, aku sekedar mewartakan. Dengan 10
sampai dengan 11 pemuda (orang
yang berjiwa muda), aku meratakan gunung-gunung, mengurug lembah dan jurang, mengeringkan samudra, babat alas gung liwang liwung. Aku
buat dunia dipenuhi keberkahan dalam rahmat Allah.
Saudara-saudaraku, aku mengajakmu berjuang bukan
untuk berhandai-handai dan menghayal. Kita mengelola manajemen langit turun ke
bumi. Kita berjuang sambil bersenang-senang. Tuhan tak akan ingkar janji dan yang kita
alami sedikitpun tak ada bukti bahwa Tuhan berhutang budi.
Berita tentang suka cita telah datang. Kerajaan Allah yang damai dan indah telah semakin mendekat. Berbahagialah orang yang menyiapkan diri menyambutnya dan dengan itu kesejahteraan dianugerahkan kepada kita. Kesanggupan kita mengemban misi ke-illah-ian itu yang menjadi tugas pokok kita. Tugas itu bagi setiap orang ada yang sama dengan sesamanya ada yang berbeda. Yang sama itu sudah jelas yaitu mejalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.
Waktu itu telah disepakati.
Adapun spesifikasinya yang tidak pernah ada yang
sama orang yang satu dengan yang lainnya. Ini yang perlu dikaji dan dicermati
serta dilaksanakan oleh kita sesuai porsi kita. Disini pentingnya penghayatan
kita agar tidak salah. Pengendalian diri yang berdaya guna dan tepat guna
mutlak menjadi porsi kewajiban kita masing-masing. Spesifikasi tiap orang berbeda. Inilah yang perlu
dimengerti bagi setiap manusia.
Teman-teman tinggalkan pesan yang
mendalam dan torehkan pada semua umat manusia oleh sebab mereka adalah saudara-saudara kita semua. Cari dan temukan yang
terindah pada mereka. Dan mulailah. Kita adalah citra-Nya yang pada mulanya baik adanya.
Mari kita bersuka cita dalam kemuliaan-Nya.
Aku buka pintu yang tampak Dia, ada dibalik daun pintu.
Aku buka jendela yang tampak Dia, ada dibalik daun jendela.
Aku memandang ke depan, menengok
kekanan dan kekiri dengan tatapan dekat sampai yang terjauh kemudian balik
kanan melihat dekat sampai yang terjauh semampu cakrawala pandangan yang tampak
adalah Dia, Dia dan Dia.
Aku memandang gunung dari kaki
gunung sampai puncak gunung yang tinggi munjulang, aku telusuri lembah dan jurang
serta gua-gua,
aku jelajahi dari tengah-tengah
pusat keramaian kota sampai tengah hutan belantara yang ada Dia, Dia dan Dia Tuhan kita.
Kita semua adalah citra Allah.
Mengapa kita tak menyadari itu semua?
Kucari sesuatu yang paling indah
yang ada dalam dirimu sampai aku temui bahwa sesungguh-nya disitu ada aku dan ada Dia yang
menjadikan aku kalifah dimuka bumi.
Mari kita menunaikan kewajiban
dengan baik menorehkan kesan yang terdalam dari hidup kehidupan dan penghidupan
kita. Tidakkah kita
menyadari bahwa kebaikan itu dapat ditemukan? Akan sangat
mengesankan.
Oleh sebab kesan yang ditorehkan itu
adalah sesuatu yang sangat tepat dan bermanfaat ganda bagi si penerima pesan
maka kita mengambil kesimpulan bahwa karya ini dari Tuhan bagi penerima pesan
itu seutuhnya. Adapun kesebelasan kita merupakan kepanjangan tangan-Nya yang dipenuhi berkat.
Manfaat ganda yang dimaksudkan itu
adalah manfaat bagi penyampai dan penerima pesan yang menimbulkan kesan,
bermanfaat saat ini sampai abadi, menyangkut masalah dunia dan surga, untuk
kepentingan pribadi maupun bersama merupakan kehendak manusia yang sesuai
dengan rencana Tuhan.
Kalau sudah sampai pada tingkat
kehendak manusia yang menjadi rencana Tuhan diistilahkan "selaras." Inilah yang sebenarnya menjadi
target kita. "Selaras" (Klop
menyatu)
Kalau
sudah begini Kerajaan Allah semakin mendekat.
Siapa diantara kita yang tidak
berkenan mendapatkan
kebebasan jiwa menyatu dengan benih Sang Khalik yang bertahta di singgasana
Kerajaan Hati kita? Jadilah dengan itu Kerajaan Allah turun ke bumi. Amin.
Berbahagialah orang yang telah
mendapatkan kebebasan jiwa oleh sebab dengan itu tiada lagi beban yang
tertanggung. Dia berada dalam kemedekaan abadi.
Bebas dari tipu daya ilusi dunia? Bukan hanya itu, masih ada yang lebih baku.
Cipta rasa dan karsa kita telah
terbebaskan dari budi daya manusia maupun makhluk Tuhan yang lain. Kita telah boleh bersama Dia benih
murni dari YME.
Teman-teman, materi untuk dibahas pada pertemuan kedua tentang meninggalkan kesan sudah disampaikan. Secara prinsip sudah cukup. Kalau itu sudah dicermati dengan baik dihayati dengan seksama, konsep baku modal standar pelayanan menyampaikan pesan dan meninggalkan kesan sudah memadai.
Kalau ada diantara kita yang
berkenan menambahkan dan itu memang diperlukan karena akurasinya bisa kita
bahas lebih lanjut.
Salam KBK...
Bahagia dan Sejahtera. Amin
Salam KBK...
Bahagia dan Sejahtera. Amin