[5] [recent] [slider-top-big] [TERBARU]
You are here: Home / Wisata Rohani ke Kuningan

Wisata Rohani ke Kuningan

| No comment
Tri Karya KBK di Cigugur, Kuningan, Jabar
Oleh AB. Setiadji

Pada hari Sabtu dan Minggu, tanggal 19-20 Maret 2016, 11 orang warga  Kridha Bahtera Kasih termasuk bapak Pembina melakukan kunjungan ke Cigugur, Kuningan, Jawa Barat dan melakukan tri karya berupa Wisata Rohani menyambung rasa dengan karuhun (leluhur) Sunda, Latihan Aktorta bagi anak-anak dan remaja Cigugur, dan Bakti Sosial mengunjungi orang sakit yang sangat sulit untuk sembuh. (Tri Karya = 3 Bidang Kegiatan KBK)

Rama Anom sebagai tuan rumah
Kunjungan dipusatkan di Cagar Budaya Nasional Paseban Tri Panca Tunggal Cigugur atau sesungguhnya adalah Kraton Gebang Kinatar. Setiba di Paseban Cigugur Sabtu siang sekitar pukul 13.00 kami diterima oleh Rama Anom Gumirat Barna Alam dan diberikan penjelasan tentang Paseban Cigugur dan Budaya Sunda Wiwitan. Kami disediakan penginapan di saung rumah kayu di tepi kolam Tamansari Paseban yang sederhana namun indah dan penuh kedamaian. Padepokan atau Paseban Cigugur didirikan oleh Pangeran Sadewa Madrais Ali basa sekitar 150 tahun yang lalu di lokasi yang dipercaya merupakan bekas lokasi Kerajaan besar Saung Galah (era abad 11) yang masih ada hubungan kekerabatan dengan Raja Jayawarman di Kamboja, juga merupakan penerus kerajaan Galuh Pajajaran. Bangunan Paseban dipugar oleh Kementerian PU antara tahun 2008 – 2012.
Ruang Pendopo
Tamansari Paseban
Selanjutnya beberapa dari kami pergi ke Desa Cisantana menjenguk Ibu Sunarti yang lumpuh akibat terkena runtuhan tembok rumah di Ganjuran Bantul sewaktu gempa Yogja tahun 2006. Kami memotivasi dan mendoakan ibu Sunarti, bahwa dalam kondisi apapun tetaplah bisa berbuat baik, setidaknya dengan mendoakan keluarga dan sesama. Kiranya kasih Tuhan berkarya dalam diri Ibu Sunarti. (Foto dapat dilihat di galeri menu Sosial Kemanusiaan)

Pada pukul 15.30 kami melakukan kegiatan Aktorta berupa Latihan Pernapasan bagi sekitar 30 anak-anak dan remaja Cigugur di halaman SMP Trimulya milik Paseban Cigugur. Mereka antusias mempelajari teknik pernapasan meski baru teknik buang penyakit, isi badan dan gerakan 1 – 2. Mereka adalah murid pencak silat Bhayu Manunggal asuhan Pak Setiadji. (Foto dapat dilihat di galeri menu Aktorta)

Kemudian pada pukul 6 sore kami mengikuti ritual adat Sunda Wiwitan berupa Kurasan (membersihkan diri) di ruang meditasi Dapur (tungku) Ageng. Di situ kami ikut bermeditasi di depan nyala api dari 9 potong bambu yang dibakar di sebuah tungku berwujud mahkota Krishna (lambing ingsung ingkang sejati/diri sejati) yang di empat sisi ada ular naga (lambang hawa nafsu). Api dinyalakan untuk membantu menggetarkan jiwa membakar (menguras) sifat-sifat buruk. Selesai upacara, Bapak Pembina berkenan mewisuda Rama Anom dan seluruh yang hadir dalam acara tersebut. Wisudake Rama Anom sangat istimewa karena beliau mampu menjawab setiap bentuk amanah dari Bapak Pembina dalam Bahasa Jawa dengan Bahasa Sunda yang sangat Indah dan bermakna. Semua warga adat Sunda Wiwitan pun mendapat kesempatan menerima berkat Tuhan melalui dari bapak Pembina.

Sekitar pukul 19.40 ritual selesai dan kami kemudian dijamu Rama Anom makan malam nasi tumpeng megana khas Cigugur di Saung Batik Tamansari Paseban. Sungguh nikmat dan suasananya luar biasa.
Menikmati tumpeng Megana khas Cigugur

Hujan turun rintik-rintik namun begitu waktunya bagi kami melanjutkan acara ziarah malam itu, hujan berhenti. Setelah menikmati wedang sacang dan lemon yang sungguh nikmat menyehatkan serta pisang, kacang, dan ubi ungu rebus dimulailah acara ziarah tersebut. Kami mengunjungi Situs Sagarahiang, Situs Purbakala Cipari, dan Situs Hiang.
Suasana sanagat hening, tenang damai. Bapak Pembina mampu menyadari komunikasi dengan karuhun, yang awal menurunkan raja-raja di tanah Sunda kemudian Mataram kuna di Jawa Tengah hingga Majapahit.

Minggu paginya setelah beristirahat, pada pukul 9.30 kami diterima oleh Rama Sepuh Pangeran Djati kusumah yang Sabtu sore baru tiba dari Jakarta menghadiri peresmian karya seni Nyoman Nuarta. Rama Djati yang sudah berusia 83 tahun masih nampak sehat, gagah dan berwibawa. Beliau menjelaskan inti ajaran Sunda Wiwitan, pengertian Sunda sebagai suku, wilayah geografis dan filosofi serta berkenan member pencerahan tentang makna api penyucian dan makna Galuh-Pakuan-Pajajaran-Silihwangi serta beberapa hal yang ditanyakan Pembina.

Rama Sepuh menerima kunjungan KBK
Kamipun sangat terkesan pemaparan Budaya Sunda Wiwitan yang sangat mirip tuntunan KBK. Intinya adalah kesadaran diri dan cinta kasih. Manusia diciptakan punya cara ciri sebagai manusia dan sebagai bangsa. Sebagai manusia cirinya adalah sesuai sifat Sang Pencipta: memiliki sifat welas asih, tata krama, undak usuk (susunan keluarga), budi daya, budi basa dan wiwaha yuda nagara (Wiwaha berarti pertimbangan, yuda berarti perang, nagara berarti diri kita sendiri). Kesadaran sebagai mahluk berbudi luhur dalam melaksanakan gerak hati dan pikiran haruslah memakai pertimbangan-pertimbangan dan memerangi rasa dan pikir pada saat keduanya dipengaruhi oleh sifat-sifat di luar sifat kemanusiaan.

Sebelum pulang kami menyempatkan berkunjung ke bapak Kusnadi, suami dari ibu Mimin yang rumahnya terletak didepan Paseban. Beliau adalah maestro seni ukir, lukis dan desain batik Paseban yang sudah lebih dari 4 tahun lumpuh total setelah terkena stroke sejak 11 tahun lalu. (Foto dapat dilihat di galeri menu Sosial Kemanusiaan)

Selesai makan siang dengan menu empal gentong khas Cirebon, kami kembali ke Jakarta. Jarak itu kami tempuh kurang lebih 4 jam, akhirnya sekitar pukul 4 sore kami tiba di Meruya. Perjalanan wisata rohani kali ini sungguh sangat mengesankan dan kiranya karya KBK semakin nyata. Bahagia dan Sejahtera. Amin


Foto-foto lainnya: