Pemurnian
Oleh Sudjarwo H. Mintorogo
Cahaya Kasih terasa menerangi kalbuku dan membulatkan tekadku untuk melangkah lebih lanjut.
Kesadaranku saat ini hanyalah ingin mengetahui dengan pasti tentang Cahaya Kasih yang membuatku bulat tekad untuk memurnikan diri. Suatu kondisi dimana dimasa aku belum terlahirkan ke dunia aku berada ditempat tersembunyi dalam "HIDUP" bapa dan Ibuku. Sebagai perantara Tuhan yang berkenan mencipta diriku hingga aku berada di dunia, berada di alam Gumelar.
Peristiwa itu aku namakan "Wujud nyata Kekuasaan Tuhan" didalam membuktikan pada seisi langit dan seisi bumi. Kuasa yang mutlak dan tak terbantahkan, yang diakui oleh siapapun termasuk diriku ini.
Kuasa itu pula yang aku rasakan sungguh luar biasa sempurnanya. Suatu karya yang hanya Tuhan yang mampu melakukannya sementara manusia tidak mungkin mengingkarinya.
Ketika dua insan dewasa (terutama fisik) bersatu oleh sebab doronganku untuk terlahir di dunia ada kuasa yang tak bisa dikatakan kehendak manusia yang menyatukan kedua orang insan Tuhan berlainan jenis memadu cinta. Maka selanjutnya terlahirlah aku.
Untuk lebih jelas lagi aku melanjutkan perjalananku dari menjernihkan hatiku oleh sebab aku terpanggil untuk memurnikan diriku seperti pada asal muasalnya aku tercipta.
Kasih itu juga yang menyatakan aku mesti melangkah lebih lanjut. Suatu peristiwa yang alami yang berlaku bagi siapapun yang berpredikat manusia.
Setelah hati ini aku jernihkan oleh sebab campur tangan Cahaya Kasih Tuhan yang dipancarkan Sang Sumber Cahaya kepadaku aku memurnikan diriku sehingga aku manjadi sama dengan Aku, Hidup yang memang sudah berada pada aku sama dengan ketika aku ada pada mulanya sebagaimana keberadaanku saat menyatu dengan asal-usulku bagian dari Hidupannya.
Disini aku tahu peran Sang Hidup sumber dari Cahaya Kasih. Sungguh misteri yang dengan ini apa boleh kita sebagai manusia menguaknya?
Aku semakin bisa memahaminya. Memahami pentingnya memurnikan diri semurni Cahaya Kasih yang kita kenal dari sumbernya.
Sebagaimana kolam ikan yang sungguh besar yang airnya sudah jernih ikan-ikannyapun tampak dengan jelas. Sebagaimana kapal yang karam di lautan bisa nampak dengan jelas kalau laut itu jernih.
Jernih saja baru bisa nampak. Yang nampak itu, yang kita umpamakan sesuatu yang murni. Itu campur tangan dari sumber Cahaya. Tanpa itu tidak mungkin.
Kalau yang sudah kelihatan murni itu kita ingin lebih memastikan lagi kemurniannya apakah mungkin.
Aku meyakini pasti bisa. Untuk selanjutnya diumpamakan sebagai berikut:
Aku tangkap ikannya.
Aku angkat kapal yang ada didasar lautan itu.
Aku cari jalan pintas untuk itu.
Untuk menangkap ikan yang paling mudah dalam contoh di atas kita keringkan saja kolamnya.
Untuk mengangkat bangkai kapal yang paling pasti adalah mengeringkan lautan itu.
Aku sadari kolam itu adalah kolam kehidupanku. Aku keringkan lautan, lautan itu samudra kehidupan.
Aku tangkap semua ikan-ikan dikolamku, aku angkat semua yang ada dilautan setelah samudra itu aku keringkan, lalu aku bisa bagikan kepada siapa yang membutuhkan.
Sekali lagi disini peran Sumber Cahaya kehidupan campur tangan lebih maksimal lagi.
Kemurnian sangat diperlukan untuk menyempurnakan penyatuan.
Yang sama baik untuk dikumpulkan dan dipersatukan.
Aku akan meneruskan perjalanan samadhiku melakukan langkah lebih lanjut dalam penyatuanku.
Oleh Sudjarwo H. Mintorogo
Cahaya Kasih terasa menerangi kalbuku dan membulatkan tekadku untuk melangkah lebih lanjut.
Kesadaranku saat ini hanyalah ingin mengetahui dengan pasti tentang Cahaya Kasih yang membuatku bulat tekad untuk memurnikan diri. Suatu kondisi dimana dimasa aku belum terlahirkan ke dunia aku berada ditempat tersembunyi dalam "HIDUP" bapa dan Ibuku. Sebagai perantara Tuhan yang berkenan mencipta diriku hingga aku berada di dunia, berada di alam Gumelar.
Peristiwa itu aku namakan "Wujud nyata Kekuasaan Tuhan" didalam membuktikan pada seisi langit dan seisi bumi. Kuasa yang mutlak dan tak terbantahkan, yang diakui oleh siapapun termasuk diriku ini.
Kuasa itu pula yang aku rasakan sungguh luar biasa sempurnanya. Suatu karya yang hanya Tuhan yang mampu melakukannya sementara manusia tidak mungkin mengingkarinya.
Ketika dua insan dewasa (terutama fisik) bersatu oleh sebab doronganku untuk terlahir di dunia ada kuasa yang tak bisa dikatakan kehendak manusia yang menyatukan kedua orang insan Tuhan berlainan jenis memadu cinta. Maka selanjutnya terlahirlah aku.
Untuk lebih jelas lagi aku melanjutkan perjalananku dari menjernihkan hatiku oleh sebab aku terpanggil untuk memurnikan diriku seperti pada asal muasalnya aku tercipta.
Kasih itu juga yang menyatakan aku mesti melangkah lebih lanjut. Suatu peristiwa yang alami yang berlaku bagi siapapun yang berpredikat manusia.
Setelah hati ini aku jernihkan oleh sebab campur tangan Cahaya Kasih Tuhan yang dipancarkan Sang Sumber Cahaya kepadaku aku memurnikan diriku sehingga aku manjadi sama dengan Aku, Hidup yang memang sudah berada pada aku sama dengan ketika aku ada pada mulanya sebagaimana keberadaanku saat menyatu dengan asal-usulku bagian dari Hidupannya.
Disini aku tahu peran Sang Hidup sumber dari Cahaya Kasih. Sungguh misteri yang dengan ini apa boleh kita sebagai manusia menguaknya?
Aku semakin bisa memahaminya. Memahami pentingnya memurnikan diri semurni Cahaya Kasih yang kita kenal dari sumbernya.
Sebagaimana kolam ikan yang sungguh besar yang airnya sudah jernih ikan-ikannyapun tampak dengan jelas. Sebagaimana kapal yang karam di lautan bisa nampak dengan jelas kalau laut itu jernih.
Jernih saja baru bisa nampak. Yang nampak itu, yang kita umpamakan sesuatu yang murni. Itu campur tangan dari sumber Cahaya. Tanpa itu tidak mungkin.
Kalau yang sudah kelihatan murni itu kita ingin lebih memastikan lagi kemurniannya apakah mungkin.
Aku meyakini pasti bisa. Untuk selanjutnya diumpamakan sebagai berikut:
Aku tangkap ikannya.
Aku angkat kapal yang ada didasar lautan itu.
Aku cari jalan pintas untuk itu.
Untuk menangkap ikan yang paling mudah dalam contoh di atas kita keringkan saja kolamnya.
Untuk mengangkat bangkai kapal yang paling pasti adalah mengeringkan lautan itu.
Aku sadari kolam itu adalah kolam kehidupanku. Aku keringkan lautan, lautan itu samudra kehidupan.
Aku tangkap semua ikan-ikan dikolamku, aku angkat semua yang ada dilautan setelah samudra itu aku keringkan, lalu aku bisa bagikan kepada siapa yang membutuhkan.
Sekali lagi disini peran Sumber Cahaya kehidupan campur tangan lebih maksimal lagi.
Kemurnian sangat diperlukan untuk menyempurnakan penyatuan.
Yang sama baik untuk dikumpulkan dan dipersatukan.
Aku akan meneruskan perjalanan samadhiku melakukan langkah lebih lanjut dalam penyatuanku.